Selasa, 22 Juli 2014

PUISI

Cerita malam
Oleh : M. Soa

Seluruh jalan sepi, senyap
Tapi kucing dan tikus tetap terjaga
Menguntit di kegelapan, dari rerumputan dan di seberang-seberang jalan
Jangkrik berkumandang, kunang-kunang menari

Jiwa-jiwa terangkat ke langit
Di sana roh-roh nenek moyang menunggu
Dengan tangan terbuka
Dengan pelukan terhebat

Tapi sebagian jiwa-jiwa yang lain
Menangis, air mata berderai
Tak sempat menyentuh tanah
Jadilah kabut merah
Dari dalam kabut itu terlahirlah mimpi-mimpi buruk

Kucing dan tikus terus menguntit di kegelapan
Dari rerumputan dan di seberang-seberang jalan
Jangkrik berkumandang, kunang-kunang menari
Raja dan jelata sama-sama bermimpi, lelap dalam cerita malam

Yogyakarta, 3 Juli 2014

Rabu, 21 Mei 2014

Rekan-rekan, satu bangsa, satu tanah air. Apakah kita sudah merdeka?” Ini pertanyaan Presiden Sukarno kepada bangsa Indonesia tahun 1956 – 11 tahun sejak proklamasi kemerdekaan.
Sekarang, 69 tahun sejak proklamasi, jawaban akan pertanyaan Bung Karno masih sama: Kita belum merdeka. Kita masih terjajah secara ekonomi, secara politik. Pemimpin politik kita masih ditentukan oleh kekuatan asing.
Apakah kita akan tinggal diam? Apakah kita akan tunduk pada skenario asing? Merdeka atau mati!Kita sebagai warga negara Indonesia tentunya peduli dengan nasib bangsa ke depannya. Sikap acuh tak acuhlah yang menyebabkan Indonesia terus ketinggalan dibanding negara-negara lain yang bahkan baru merdeka di tahun 1970 seperti Singapura. Kita harus tahu siapa sebenarnya sosok pemimpin kita, bagaimana sistem kerjanya dan bagaimana tindak-tanduknya.
dan sekrang tempat tinggal kita desa kita kampung kita (maluku utara) telah di ubrak abrik oleh dunia kapitalis di mana akan di bentuk pemekran provinsi baru di maluku utara yaitu provinsi halmaerah raya,, di mana dalam pempekran provinsi baru di wilayah maluku utara yang di bentuk oleh orang2 yang gagal dan kalah dalam politk provinsi maluku utara (orang-orang kapitalis) kita harus melawan pemekran ini ,, karna akan terjadi praktek korupsi untuk wilyah baru ,,, dan akan membuat utang indonesia semakin menambah dan kita akan semakin kirisis di bidang ekonomi dan pedidikan ... mohon teman2 yang merasa jiwa nasiionalis dan anti kapitalisme harus menolak pemekaran wilayah provinsi baru ini


                                                                                            Orin Halteng

Perkawinan Adat (Kabupaten Weda) Halmahera Tengah

A. Prosesi Meminang
Salah satu budaya Gamrange “Pnuw Petel” (Tiga Negeri Bersaudara) yang merupakan adat se atoran dan berlandaskan ajaran Islam sesuai petunjuk dari “Wes re Falube” (wasiat leluhur), dengan diawali prosesi “Faror” (meminang) yang dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki terhadap keluarga pihak perempuan dengan membawa “Seshe” (tanda jadi).
Seshe – tanda jadi dimaksud adalah berupa benda, seperti sehelai kain wanita, perhiasan emas dan lainnya yang diberikan kepada keluarga pihak wanita dan diinapkan selama 3 hari. Jika dalam jangka waktu 3 hari tersebut, seshe – tanda jadi tidak dikembalikan oleh pihak keluarga wanita kepada pihak keluarga laki-laki mengandung makna bahwa “Faror” telah diterima.
Selanjutnya, ditentukan keputusan akhir keluarga wanita yang disebut Faror Jama dalam penentuan waktu pernikahan dengan memperhitungkan tanggal dan bulan manzilah di langit yang biasanya pada bulan purnama atau pada bulan-bulan ganjil.
B. Persiapan Pernikahan
Persiapan pernikahan ini biasanya lebih terfokus di rumah calon mempelai wanita dibandingkan dengan kesibukan di rumah calon mempelai laki-laki, adapun persiapan- persiapan tersebut biasanya adalah :
1. Baku Tulung, dilakukan oleh pihak keluarga wanita secara bergotong royong melakukan :
a. Rfa Oslek Sabuange – Mendirikan Tenda
b. Rfa Yegete – Membuat Minyak Kelapa
c. Rfa Wowe – Mengolah Tepung Sagu
d. Ryo Yaye – Mengambil Kayu Bakar
e. Ryo Niwe – Mengumpulkan Buah Kelapa
f. Rboyeme – Memancing Ikan
2. Persiapan di Kamar Pengantin
a.Resobek Guba – Menggantung Kain Kelambu
b. Refose Waraka atau Faksoglek – Luluran
Diawali dengan mandi air kembang 7 rupa dalam mangkuk raja sebanyak 7 buah
1. Mangkuk pertama – Woye Fefo, air irisan jeruk dengan makna membersihkan kotoran yang melekat pada tubuh calon mempelai
2. Mangkuk kedua – Woye Pondake, air dengan selembar daun pandan wangi bermakna kesuburan, diharapkan dianugerahi keturunan.
3. Mangkuk ketiga – Woye Rorano, air ramuan tradisional dengan makna memberikan kekuatan & ketahanan tubuh
4. Mangkuk keempat – Woye Gula,  air ramuan penawar dengan makna calon mempelai diberi cahaya bak bulan purnama
5. Mangkuk kelima – Woye Kananga, air taburan bubuk kayu kananga, diharap mempelai memiliki ketegaran dalam rumah tangganya
6. Mangkuk keenam – Woye Candana, air dengan sepotong kayu candana, dengan harapan langgeng sampai tua.
7. Mangkuk ketujuh – Woye Manuru, air taburan kuncup melati, dengan harapan mempelai mentaati Allah SWT, berbakti kepada Orang Tua serta mendapatkan keturunan yang soleh solehah.
Kemudian calon mempelai perempuan diserahkan kepada saudara perempuan ayahnya, dan duduk diatas pangkuannya dengan beralaskan bantal bersulam putih yang disebut “Nyepengi”.
Roo Waraka (luluran) pun dimulai dari wajah, lengan dan kaki yang diawali oleh ibu calon mempelai wanita sambil mengucapkan shalawat Nabi oleh salah satu Bala Re Kawasa yang dituakan. Kemudian dilanjutkan dikediaman calon mempelai laki-laki.
Adapun bahan luluran tersebterdiri dari beras yang ditumbuk, akar rumput teki, daun balacai (jarak), daun pandan wangi, bunga melati, daun purasali, bunga kananga, daun gardamung, kunyit, akar banda dan sari jeruk nipis.
4. “Eflengen Melofe – Periksa Calon Menantu”
Dengan membawa “Ngelngaleng” – sepasang baju kebaya untuk dicocokkan kepada calon mempelai wanita.
5. “Tcep Woye Kutika – Mandi Akad Nikah”
Dengan menggunakan air tobat dan tolak bala yang disebut “Woye tobat re mujarab” dan “Woye tolak bala”.
C.  “Bornikaro – Prosesi akad Nikah”
Calon mempelai laki-laki dan segenap kerabat berarak menuju rumah calon wanita diiringi lantunan musik hadrah yang dimainkan oleh petugas syara (Imam Masjid dan stafnya) atau dalam adat sawai diiringi tarian Cakalele.
Tepat dipintu utama calon mempelai wanita, petugas syara memberi salam sebanya 2 kali dengan ucapan “Assalaamu ‘alaikum Yaa Nissaullah”, yang dijawab oleh keluarga calon mempelai wanita sebanyak 1 kali : ” Wa’alaaikumsalam Ya Rizaullah”.
1. “Golu Adat – Hadangan Bayar Bea”
Calon mempelai laki-laki dihadang dipintu utama dan tidak bisa masuk sebelum membayar sesuatu (barang/uang) sebagai bea, yang biasanya telah dimusyawarahkan. Kemudian calon mempelai laki-laki dengan wali syahnya bergerak menuju tempat yang telah ditentukan sambil diiringi asrakal. “Mama re papa, Baba re ua, Gae re gele, Fakmom re faften dan Bala re Kawasa, seluruh kerabat calon mempelai wanita dan laki-laki turut hadir, sementara calon mempelai wanita tetap berada dalam kamarnya hingga pelaksanaan ijab kabul selesai.
2. “Suka Maena – Persetujuan Calon Mempelai Wanita”
Suka Maena adalah kotak tempat sirih pinang yang terbuat dari emas, perak atau tembaga dan dibungkus dengan selendang berwarna putihserta disimpan di atas tempat tidur kamar pengantin calon mempelai wanita. Dan pada saat menjelang ijab kabul  Suka Maena ini akan diambil oleh dua orang Khadam atau Petugas Syara dengan pertanyaan : ” Rem Suka Iro ?”, jika calon mempelai wanita menjawab “iya”, maka ijab kabul dilangsungkan.
3. “Ijab Kabul – Lafadz Nikah”
Wali syah nikah mengucapkan :” Hai Fulan…!” 3X, kemudian dilanjutkan dengan :” Ya kbok refsowe mewere ya k……………”, dijawab oleh calon pengantin laki-laki :”Ya ktarima refsowe ……………….”
D. FAMAGEM
Penghargaan kepada Ibu mertua oleh menantu dengan menawari Wotel Magem (sirih Pinang), dan disambut oleh Ibu Mertua dengan mengunyah pinang sirih tersebut sambil memberikan uang kepada menantu sebagai bekal dan kasih sayang.  Dengan filosofi Ngaku re Rasai, Tabea re Metaket yang bersumber pada Gogoru Rasa.
a. Makan Saro
1. Tempat duduk Saro, berbentuk mahkota bersusun 3 dengan kelambu susun 3 sebagai lambang Gamrange Pnu Ptel – tiga negeri bersaudara dengan budaya adat seatoran dalam kerangka Fagogoru – Ngaku re Rasai, Budi Re Bahasa, Sopan re Hormat, dan Metaket re Meymoi.
2. Meja Saro
Jenis makanan yang dihidangkan :
Fos Mekote, Fos Bengbongele, Fos Ijo, Fos Semfuse, Manek Tomenge, Ing Sinanga, Garo, Momami Pelole, Kupate, Fos Jaha, Tepe, Loke Moro, Gule-gule Pue, Sirikaya, dan Waji.
3. Makan Saro, diawali dengan suapan Sirikaya kepada mempelai wanita kemudian mempelai laki-laki oleh ibu pengantin perempuan sambil membaca shalawat Nabi, dan diselingi dengan ucapan saro…….saro,……….saro disetiap suapan.
E. FAKSUGAL
Pada dasarnya Faksugal ini adalah Sambut Menantu (Ngunduh Mantu), dengan menggelar musik tradisional Lalayon, dimana disela-sela tarian lalayon tersebut (semua pengunjung) menyelipkan uang di sekitar asesoris tubuh kedua pengantin tersebut. dalam beberapa kasus dilanjutkan dengan acara ronggeng lalayon.